Rabu, 02 Mei 2012

CERPEN/CERBUNG
                                    PISAU DAPUR

 Lembayung itu hadir memberikan warna indah di sore itu,,
tap tidak bagi Wie..merasakan kesendirian setelah di tinggalkan sahabatnya..
hari-harinya kini terisi dengan rasa sepi yang mendalam,,,
 bagi tak ada siank di bumi ini,,
berkata dalam fikiran yang kosong,,
"andai saja pisau itu mampu menebus semua kesalahanku,
sudah kulakuan itu"
di saat senja tlah meredup.. di gantikan dengan suara-suara jangkrik
yg membuat suasana malam itu kian terasa sunyi..

bersandar di bantal yg selama ini menjadi teman setia,setelah
kepergian sahabatnya,,
jiwa itu seakan melayang,,ketika dia harus menginggat ke jadian itu..
kejadian yang seharusnya tak pernah terjadi,,
malam itu tak jauh berbeda dengan malam-malam sebelumnya..
hanya mesisakan air mata yang semakin kering..

terlintas dalam fikirnya ,,, "andai aku harus menyusul sahabatku ..
tapi bagai mana caranya,, haruskah ku ambil pisau dapur itu"
tapi,,rasanya sia-sia.. aku ini masih waras,,tidak boleh aku melakukan itu..

meski matanya terus memandangi pisau dapur itu,, namun hatinya trus mencoba
menahan apa yang di bisikan kepadanya...
"Mey (sahabat) .. maafkan aku,,, malam ini,, aku masih belum bisa menemanimu
disana,,seperti malam_malam yg sudah-sudah.. aku masih belum mampu
untuk meletakan tangan ku di pisau itu,,"
  ........................................................................... bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar